Dari Ranah Minang ke Jakarta Global: KMM Jaya dan Pemuda Gebu Minang Soroti Kontribusi Budaya di Ibu Kota
- account_circle Ichwan
- calendar_month Kam, 3 Jul 2025
- visibility 102
- comment 0 komentar

Para Narasumber Diskusi Publik bertajuk “Mengkaji Ulang Budaya Minang di Tanah Betawi: Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global”.(02/07/25).
Depok Inside | Jakarta, 3 Juli 2025 — Keluarga Mahasiswa Minangkabau Jakarta Raya (KMM JAYA) bersama Pemuda Gebu Minang sukses menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “Mengkaji Ulang Budaya Minang di Tanah Betawi: Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global”. Acara yang digelar di sekretariat DPP Gebu Minang ini menjadi wadah refleksi dan dialog strategis mengenai kontribusi budaya Minangkabau dalam memperkaya keberagaman serta memperkuat karakter Jakarta sebagai metropolis dunia yang inklusif dan berbudaya.Tokoh Penting Hadir dalam Diskusi
Diskusi ini menghadirkan sejumlah tokoh terkemuka sebagai narasumber, yaitu Chico Hakim, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta; Desie Chrysthina Sari, Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta Komisi E; Bapak Puspadirja, Perwakilan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta; serta Prof. Musril Zahari, intelektual dan budayawan Minangkabau.
Sejarah dan Komitmen Pelestarian Budaya Minang di Jakarta
Dalam paparannya, Desie Chrysthina Sari menggarisbawahi sejarah panjang keterlibatan masyarakat Minangkabau di Jakarta. “Budaya Minang tidak hadir secara tiba-tiba di ibu kota. Sejak era pergerakan nasional, orang Minang telah berperan signifikan sebagai cendekiawan, pedagang, ulama, hingga pemimpin bangsa,” ujarnya, menekankan akar kuat kontribusi Minangkabau dalam sejarah ibu kota.
Senada dengan itu, Chico Hakim menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengawal pelestarian budaya Minangkabau. “Pemprov DKI akan terus mendukung upaya pelestarian budaya Minang. Kami mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama membangun Jakarta di segala bidang, termasuk memajukan adat istiadat dan kesenian masyarakat Minang yang populasinya cukup besar di ibu kota,” tegas Chico. Sebagai salah satu wujud dukungan nyata, Pemprov DKI akan memfasilitasi penyelenggaraan festival budaya sebagai sarana pelestarian budaya Minangkabau.
Filosofi Hidup dan Tantangan Modernisasi
Prof. Musril Zahari menyoroti falsafah hidup Minangkabau yang dikenal minim konflik berkat prinsip “dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang, alam takambang jadi guru” (di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung, alam terkembang jadi guru). Ia mengingatkan pentingnya generasi muda untuk menjaga identitas budaya melalui pegangan “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” (adat berdasarkan syariat, syariat berdasarkan Kitabullah), agar nilai-nilai luhur tidak terkikis oleh derasnya arus modernisasi dan tetap relevan di tengah dinamika kota global.
Momentum Penting Bagi Generasi Muda Minangkabau
Diskusi diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif serta penyerahan cendera mata sebagai bentuk penghargaan kepada para narasumber atas kontribusi berharga mereka.
Di luar ruang diskusi, Hafis Septian Mubaraq, Ketua Umum KMM JAYA, memberikan pandangannya. “Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi generasi muda Minangkabau di Jakarta untuk memperkuat ikatan kebudayaan sekaligus berkontribusi aktif dalam pembangunan ibu kota. Kami berharap semangat ini dapat terus berlanjut dan menginspirasi kolaborasi yang lebih luas,” ujar Hafis, menekankan peran strategis KMM JAYA dalam memadukan tradisi dan kemajuan. (Red)
- Penulis: Ichwan
- Editor: Redaksi
- Sumber: Depok Inside